Merintis usaha mengalami pasang surut sudah hal lumrah. Namun untuk mewujudkan tujuan akhir hingga sukses, hal itu terus dijalani. Seperti Eka Supriyatin, yang memberdayakan ibu rumah tangga dalam sebuah Kelompok Wanita Tani (KWT) Ngudi Mulyo, Desa Tanjungsari, Banyudono.
Sekretariatan KWT Ngudi Mulyo
terbilang sederhana. Ruang kerja dengan ukuran 6x9 meter persegi itu
bersanding dengan tempat produksi makanan berbahan dasar ikan. Hanya ada
beberapa komputer dan mesin cetak serta tumpukan berbagai macam
dokumen.
Meski demikian, kriprah KWT Ngudi
Mulyo ini tak bisa dianggap remeh. Sebab sudah meraih puluhan
penghargaan dan menelurkan produk makanan. Terbukti, di sekretariatan
banyak terpasang foto-foto, piala, dan piagam penghargaan untuk KWT
tersebut. ”Iya banyak sekali yang memberikan penghargaan, baik di
tingkat kabupaten, provinsi, hingga nasional,” beber Eka Supriyatin,
ketua KWT Ngudi Mulyo, kemarin (7/9).
Awal pembentukan kelompok wanita ini
lantaran prihatin melihat para ibu yang tinggal di sekelilingnya. Di
mana banyak kaum perempuan, utamanya ibu rumah tangga, yang banyak
menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, seperti ngrumpi
dan lain sebagainya. Melihat kondisi itu, dia mencoba memberdayakan
masyarakat melalui kegiatan ekonomi mikro demi mengangkat kesejahteraan
masyarakat.
”Saya orangnya tak bisa diam begitu
saja. Akhirnya saya mengajak mereka (ibu-ibu, Red) membikin satu usaha.
Karena memang aktivitas saya sebagai ibu rumah tangga paling hanya
berapa jam saja, lalu banyak waktu yang terbuang,” kata ibu tiga anak
ini.
Berkat keuletannya, dia berhasil
memproduksi 27 macam olahan lele. Yakni, bakso, keripik kulit, nugget,
keripik daging, pastel, sosis, kerupuk kepala lele, kaki naga, dawet,
otak-otak, nastar, stik daging, dan lainnya.
Sumber = Jawapos
0 Response to "KWT Ngudi Mulyo, Desa Tanjungsari, Banyudono Jatuh Bangun Bikin Usaha, Kini Ciptakan 27 Produk Olahan"
Posting Komentar