Pendakian Malam Satu Suro di Gunung Merbabu Diperketat


Pendakian malam satu suro atau peringatan tahun baru Islam di Gunung Merbabu, Jawa Tengah, mendapatkan pengawasan yang ketat.

Regu penyelamat setempat menyiapkan petugas khusus yang memantau dan memeriksa kesehatan seluruh pendaki pada pos-pos tertentu.

Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan menyusul cuaca yang mudah berubah di puncak Merbabu.

"Kami dari warga, relawan SAR, dan RAPI Elang Merbabu sudah siap. Kita perlu antisipasi cuaca dan kesehatan pendaki," kata koordinator SAR Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Agus Surolawe, Sabtu (1/10/2016) pagi.

Antisipasi kejadian yang tidak diinginkan mulai dari naik hingga turun gunung ini, lanjutnya, sebenarnya membutuhkan koordinasi dengan sejumlah pihak. Terutama adalah ketersediaan tenaga medis.

Belum lama ini, pihaknya sudah melayangkan surat kepada instansi terkait untuk menyiagakan petugas medis di sejumlah basecamp, antara lain di basecamp Kompas di Dusun Tekelan, Manggala Dusun Cunthel, Getasan, Kabupaten Semarang dan basecamp Gedakan di Kabupaten Magelang.

"Gedakan tetap kita monitor dari sini, karena lokasinya berbatasan langsung dengan Kabupaten Semarang. Hanya saja, ploting petugas medisnya belum ada," kata Agus.

Sebagai antisipasi apabila benar-benar tidak ada petugas medis yang disiagakan, kata Agus, para relawan akan melakukan screening manual. Jika ada calon pendaki yang terlihat sakit, pihaknya akan langsung melarang mereka naik.

"Begitu kita lihat pendaki tidak sehat, kami jelas tidak izinkan naik apalagi tergolong pendaki pemula," ujarnya.

Agus juga mengungkapkan, cuaca di puncak Merbabu mudah berubah dan tidak menutup kemungkinan bisa terjadi badai. Jika cuaca memburuk, tim SAR sudah menyiapkan skenario penjemputan paksa pendaki.

"Agar kejadian pendaki tewas karena hipotermia yang terjadi 7 Februari 2016 lalu tidak terulang," imbuhnya.
Agus menyarankan kepada para pendaki untuk memastikan logistik dalam jumlah yang mencukupi serta kelangkapan sarana dan prasarana yang memadai.

"Pendaki juga wajib memberikan data identitas dan nomor ponsel," pungkasnya.

Sumber : Kompas

Related Posts:

Pemkab bakal mewajibkan seluruh PKL memiliki Tanda Daftar Usaha

alun-alun boyolali
Pedagang kaki lima (PKL) di Boyolali bakal diwajibkan memiliki tanda daftar usaha (TDU). Selama ini, hanya PKL yang ada di Alun-alun Kabupaten Boyolali yang sudah terkoordinasi dan memiliki TDU.

Namun, PKL yang berada di kantung-kantung lain seperti Simpang Lima, depan RSUD Pandanarang, mayoritas belum memiliki TDU. “PKL harus punya TDU agar pemerintah lebih mudah dalam menata. PKL harus tertata dengan baik dan tidak menjadi biang kumuh. Operasional PKL harus terpantau jangan sampai PKL berjualan di lokasi yang bisa menganggu kelancaran lalu lintas atau keselamatan konsumen,” kata Kabid Pengelolaan dan Pengembangan Pasar Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Boyolali, Tri Arjono, saat ditemui Solopos.com, di sela-sela rapat pembahasan Raperda tentang Penataan dan Pemberdayaan PKL, Rabu (28/9/2016).

TDU PKL akan memuat nama pedagang, bidang usaha dan tempat usaha, waktu usaha, perlengkapan usaha yang digunakan serta jumlah modal usaha. PKL bisa mengajukan TDU ke Disperindag Boyolali. Dengan mendapatkan TDU, PKL juga harus sanggup membuat surat pernyataan untuk menjaga keindahan, ketertiban, kebersihan fasilitas umum. “Yang jelas TDU ini tidak boleh dipindahtangankan. Kalau dipindahtangankan TDU akan dicabut,” kata dia.

Tri menjelaskan selama ini Pemkab Boyolali tidak punya payung hukum untuk menata PKL. Raperda Penataan dan Pemberdayaan PKL harapannya menjadi solusi penataan mengingat PKL-PKL ini menempati fasilitas pemerintah yang sebenarnya bukan untuk berjualan.

“Sebenarnya mereka menempati tempat yang bukan peruntukannya. Tetapi kami punya kewajiban menata dan memberdayakan mereka. Mereka telah menggairahkan perekonomian rakyat melalui perdagangan sektor informal. Jadi dalam raperda ini nanti akan mengatur hak dan kewajiban PKL, termasuk larangan-larangan dengan PKL di lokasi yang tidak diperbolehkan,” papar dia.

Ketentuan teknis seperti zona atau lokasi yang diperbolehkan untuk operasional PKL dan jam operasional PKL akan diatur lebih rinci dalam peraturan bupati.

Berdasarkan data yang ada di Disperindag Boyolali, jumlah PKL yang beroperasi di Kecamatan Boyolali Kota, Ampel, Mojosongo, Banyudono, Musuk, mencapai 1.400 hingga 1.500 PKL. Sebanyak 300 PKL di antaranya berjualan di Kompleks Alun-alun Kabupaten Boyolali.

Sumber: solopos

Related Posts:

Petani Muda asal selo Raih Penghargaan Gubernur


Warno, 36, petani asal Dusun Pasah, Desa Senden, Kecamatan Selo, mengawali ceritanya kepada Solopos.com, Jumat (23/9/2016) sore. Kemarin dia sedang dikarantina di salah satu hotel di Solo karena hari ini, Sabtu (24/9/2016), dia akan mendapatkan penghargaan dari Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo.Dia mendapatkan juara I Pelayan Pangan untuk Adikarya Pangan Nusantara.

“Saya sebenarnya tidak punya cita-cita menjadi petani. Tetapi jika dibandingkan bekerja di perusahaan yang harus ikut aturan orang lain, menjadi petani banyak enaknya. Yang jelas, kami bisa mengatur diri sendiri dan menciptakan kemandirian ekonomi sendiri,”ujar Warno.

Bertani sudah dilakoninya sejak kecil. Sepulang sekolah waktu SD dulu, dia selalu beraktivitas dengan sabit, keranjang, cangkul, dan beternak kambing.

“Kemudian pergi ke lahan bersama orang tua. Begitu seterusnya sampai saya bisa kuliah jurusan pertanian di Jember,” kata Warno.

Dengan gelar sarjananya dia menjadi tenaga kontrak penyuluh pertanian di BPP Kecamatan Selo. Namun, sejatinya dia adalah petani. Dia memproduksi sayur-sayuran organik bahkan pernah menembus pasar ekspor. Sayangnya, ekspor buncis kini terhenti karena dia menemui kendala pembayaran dari eksportir asal Singapura itu.

“Dulu perjanjiannya pembayaran per pekan, tapi tahun kemarin selalu terlambat bisa sampai sebulan atau satu setengah bulan, akhirnya kami tidak lagi ekspor tapi main di pasar dalam negeri,” kata dia yang saat ini sedang membudidaya brokoli dan seledri pada lahan seluas 3.000 meter miliknya.

Budidaya sayuran kebanyakan dia kelola dan garap sendiri, kecuali saat pengolahan tanah.“Kalau urusan mencangkul, saya cari tenaga.”

Budidaya hortikultura dia pilih bukan hanya karena wilayah Selo sangat cocok untuk komoditas itu. Baginya, hortikultura adalah budidaya pangan yang penuh tantangan, menarik, dan punya banyak seni yang bisa dikreasikan, baik seni budidayanya maupun pascapanennya. “Beda dengan tanam padi itu sangat monoton.”

Berkreasi
Dia mencontohkan budidaya tomat. Untuk menginginkan angka produktivitas tertentu, petani bisa berkreasi dengan berbagai macam perlakuan. “Kalau mau hasilnya banyak, ada perlakuan-perlakuan khusus yang jadi tantangan.”

Untuk pascapanen, petani juga harus berkreasi dengan kemasan. Kebetulan, Warno juga membina Kelompok Tani Argo Ayuningtani. Kelompok tani itu tidak mendistribusikan produknya secara konvensional namun dengan kemasan agar bisa masuk ke pasar modern. Kebetulan produk sayurannya semuanya organik dan sudah tersertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Organik Seloliman (LeSOS).

“Yang paling banyak produk sayuran kami masuk ke pabrik makanan, sepekan sekali kami kirim ke pabrik. Jadi nilai jualnya lebih menjanjikan dari pada hanya diangkut ke pasar.”

Kelompok tani ini punya keinginan maju. Bagaimana tidak? Sebanyak 26 anggota kelompok taninya adalah generasi muda. Rata-rata mereka berusia 35 tahun. “Paling tua usia 40 tahun. Mereka memang sudah yakin bahwa pertanian adalah masa depan mereka. Bagi saya pertanian masih cukup menjanjikan hal ini bisa dilihat 90% universitas di Indonesia masih membuka jurusan pertanian,” ujar dia yang juga pernah menjadi THL terbaik tingkat Jawa Tengah.

Tidak hanya Warno. Kendati sering berada di tengah ketidakpastian hasil, Mujianto, 38, warga RT 001/RW 003, Desa Samiran, Kecamatan Selo,juga tetap setia dengan budidaya sayuran.

Di lahan seluas 2.000 meter persegi, dia menanam beragam jenis sayuran seperti cabai, kubis, brokoli, dan tomat. Selain pertanian, Mujianto juga beternak sapi. “Dari bertani dan beternak sapi, alhamdulillah menjadi sumber penghasilan utama keluarga kami,” kata Mujianto.

Dia pernah mencoba bekerja di luar sektor pertanian, merantau ke ibu kota dan mencari nafkah di sana. “Hanya satu tahun, saya tidak betah. Akhirnya saya pulang dan kembali menjadi petani tradisi melanjutkan apa yang sudah dikerjakan bapak saya selama ini,” ujar dia.

Mujianto adalah salah satu petani muda asal lereng Merapi. Dia adalah petani tradisi yang tetap bertani tanpa mengurangi upaya penyelematan lingkungan. Dia dikenal aktif mengembangkan inovasi khususnya inovasi pascapanen. Pascapanen biasanya menjadi momok bagi petani. Dia pernah menjajaki kerja sama dengan rumah sakit swasta di Solo dan pasar modern agar bisa memasok produk sayuran. Namun, dia menemui kendala. “Ya beginilah pertanian, sulit untuk menjaga kontinuitas.”

Dia pun berupaya berinovasi dengan memangkas rantai distribusi. Dia menjajaki kerja sama langsung dengan pedagang hasil bumi di ibu kota. “Seperti cabai, saya kirim langsung ke Jakarta. Jika melalui rantai distribusi yang panjang harga cabai di Jakarta bisa mencapai Rp40.000/kg, kalau distribusi bisa dipangkas harga cabai mungkin hanya Rp30.000/kg. Bagi petani ini lebih menguntungkan karena produksinya menjadi cepat laku.”

Di tengah potensi yang ada, dia mencoba mengembangkan agrosilfopastural yakni pertanian terpadu yang memadukan pertanian itu sendiri dengan peternakan dan perkebunan. “Dari tiga sektor itu harus ada mata rantai. Saya kembangkan biogas dari kotoran ternak sapi untuk memenuhi kebutuhan pupuk,” ujar dia yang sempat aktif di Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Boyolali.

Saat ini, dia bersama Kelompok Tani Sumber Makmur mulai mengarah untuk mengembangkan agrowisata. Dia membuat video profil yang bisa digunakan untuk mempromosikan potensi wisata pertanian di wilayah Desa Samiran.

Kebetulan, 60% anggota Kelompok Tani Sumber Makmur adalah generasi muda yang harapannya menjadi petani visioner sehingga agrowisata di Desa Samiran lebih berkembang.

Sumber: Solopos

Related Posts:

Produk kreatif berupa makanan dan minuman olahan dari bunga mawar


Bunga mawar adalah komoditas utama petani di wilayah Musuk. Sedikitnya ada empat desa penghasil mawar, yakni Cluntang, Mriyan, Kembangsari, dan Sruni.

Sayangnya, selama ini masyarakat Musuk tidak banyak memanfaatkan bunga mawar selain hanya untuk bunga tabur di kuburan maupun untuk ritual pernikahan. Saat sepi upacara adat, harga mawar jatuh menjadi Rp1.000/kilogram. Saat musim Sadranan, harga mawar naik jadi Rp3.000/kilogram.
Saat harga mawar jatuh, masyarakat tidak mau memanen bunganya hingga akhirnya dibiarkan layu dan busuk. Potensi ini menjadi bahan bagi pelaku UKM dan industri kreatif, Hendrati Sri Kristyaningsih, untuk berkreasi.

Sejak setahun lalu, Hendrati bersama petani mawar di Desa Cluntang, Kecamatan Musuk mulai berpikir agar mawar bisa dimanfaatkan dengan nilai ekonomi yang lebih baik. Mereka berpikir membuat teh mawar. Dia pun belajar tentang kandungan senyawa bunga mawar.

Di media Internet dan Youtube, dia tidak mendapatkan referensi yang memuaskan tentang pembuatan teh mawar. “Konon di Jepang ada teh kuncup mawar. Memang ada, saya temukan di Youtube tapi tidak ada cara pembuatannya. Akhirnya saya berpikir terus dan mencoba membuat teh mawar sama seperti cara membuat teh dari daun teh pada umumnya,” kata Hendrati, saat ditemui Solopos.com, di kediamannya di Singkil, Boyolali Kota, belum lama ini.

Tidak semua bagian bunga mawar bisa dimanfaatkan. Yang bisa dimanfaatkan hanya bagian petal yakni daun bunganya yang berwarna merah sedangkan kelopak bunga dibuang karena menimbulkan rasa pahit.

Petal mawar dilayukan minimal selama dua hari dua malam. Setelah kering, petal digiles meggunakan tangan sampai petal mawar mengeluntung. Ada teknik khusus menggilas petal mawar kering agar tidak rusak dan pecah. Setelah itu didiamkan lagi selama dua malam, dan terakhir digoreng sangrai, menggunakan wajan kuali agar tidak mudah gosong.

“Selesai.Tidak ada campuran apapun, hanya mawar. Aromanya seperti minuman teh pada umumnya namun sedikit ada rasa sepet. Teh mawar bisa diseduh bersama dengan madu atau lemon sesuai selera,” ujar dia.

Kreasi teh mawar kini sedang dikembangkan kelompok tani di Desa Cluntang, Musuk. Meskipun caranya cukup mudah namun petani di Desa Cluntang rupanya harus berlatih berkali-kali agar hasilnya lebih maksimal. “Kebetulan budi daya utama masyarakat Cluntang adalah mawar. Sedikitnya ada 50 hektare lebih lahan yang digunakan untuk budidaya mawar,” kata petani asal Dukuh Bendolegi, Desa Cluntang, Suranto.

Kelompok wanita di Cluntang kini sedang belajar agar bisa memproduksi teh mawar lebih banyak lagi. “Setelah berhasil memproduksi, bapak-bapak dan ibu-ibu di Polsek Musuk jadi pelanggan pertama kami,” ujar dia.

Untuk saat ini, teh mawar dijual dengan harga Rp6.000 hingga Rp7.000 per 50 gram tanpa kemasan. Hendrati bersama petani Cluntang sudah membuat produk teh mawar yang dikemas agar nilai jualnya lebih tinggi.

Selain teh mawar, mereka juga berkreasi membuat sirup mawar dan es krim mawar. Mereka cukup mengambil sari mawar sebagai bahan utama. “Sirup mawar dibuat hanya dengan mengambil sari mawar dengan cara direbus dengan air, tambahkan gula pasir dan sedikit garam serta citrid acid, dan untuk kekentalan saya tambahkan rumput laut.”

Sama halnya dengan es krim, tinggal mengambil sari mawar saat susu sapi itu direbus. Kemudian di olah seperti membuat es krim pada umumnya. “Satu liter susu dan 200 gram mawar bisa jadi 4 kotak es krim, satu kotak saya jual Rp35.000,” imbuh Hendrati.

Hendrati mencoba mengonsumsi produk olahannya sendiri sebelum akhirnya dipasarkan. “Setelah minum teh mawar ini seperti ada aroma relaksasi karena manfaat mawar cukup banyak. Bisa sebagai sumber antioksidan, mengandung vitamin E, D, C, B3 A serta asam sitrat. Melancarkan sirkulasi darah, anti radang dan menetralisir racun.”

Penderita tekanan darah tinggi bisa mengurangi ketergantungan terhadap obat kimia jika rutin meminum teh mawar.

Saat ini, permintaan teh mawar mulai berdatangan dari berbagai kota besar. Sayangnya, mereka masih menemui kendala mengingat proses pembuatannya masih dilakukan manual. Mereka belum memiliki alat pengering mawar di satu sisi saat ini kondisi cuaca sering tidak mendukung.

Sumber: solopos

Related Posts:

Pusat kuliner boyolali di bangun di banyudono

 
Bekas gedung RSUD Banyudono yang berlokasi di Desa Kuwiran, Kecamatan Banyudono, mulai dibongkar. Pembongkaran terkait rencana pemanfaatan bekas rumah sakit tersebut untuk pusat kuliner.

Berdasarkan pantauan Espos, Selasa (20/9), sejumlah pekerja mulai menurunkan genting, membongkar kayu atap bangunan, serta membongkar kusen jendela dan pintu.

Menurut salah satu pekerja, Sadeli, 52, pembongkaran gedung sudah dilaksanakan selama dua hari. “Ya, nanti seluruh bangunan dirobohkan. Tembok juga dihancurkan nanti pakai alat berat,” ujar Sadeli, saat ditemui wartawan, Selasa (20/9/2016).

Seperti diketahui, bekas bangunan RSUD Banyudono sudah kosong sejak akhir Juli lalu. Operasional rumah sakit direlokasi ke Kecamatan Andong.

Camat Banyudono, Rita Puspitasari, menyebut pembongkaran eks gedung RSUD Banyudono berkaitan dengan rencana pembangunan pusat kuliner oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali. Dia menyambut baik wacana tersebut.

“Informasinya akan ada 50 shelter untuk pusat kuliner, taman, dan rest area,” kata Rita.
Dia berharap pembangunan pusat kuliner di tepi Jl.Solo-Semarang itu bisa menjadi daya tarik baru bagi wilayah Banyudono. Kawasan tersebut mampu mendongkrak kegiatan ekonomi masyarakat.

Rita menyebutkan tahun ini akan banyak sekali proyek mercusuar yang akan dilaksanakan di wilayah Banyudono. Selain pembangunan pusat kuliner, di Banyudono juga akan dibangun proyek simpang lima dan ruang publik baru di lokasi yang saat ini masih menjadi Pasar Candirejo
“Yang jelas pembangunan untuk Banyudono mulai tahun ini sangat luar biasa,” kata Rita.

Sumber: solopos

Related Posts:

Pemkab boyolali bangun gedung arena kesenian senilai 2.37 miliar


Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali melalui Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) menggelontor anggaran hingga Rp2,37 miliar untuk membangun gedung arena kesenian.

Gedung kesenian itu dibangun di lokasi bekas Kantor Kelurahan Siswodipuran, Boyolali Kota. Menurut Kepala Disdikpora Boyolali, Abdul Rohman, pembangunan gedung kesenian akan menjadi tempat berekspresi kelompok-kelompok seni yang ada di Boyolali.

“Ini salah satu cara kami menggali potensi, bakat, dan minat remaja serta kelompok seni yang ada di Boyolali, selain dengan mengadakan acara-acara formal,” kata Abdul Rohman, saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (21/9/2016).

Gedung kesenian itu akan diberi nama Gedung Amungrogo. Dia berharap gedung tersebut menjadi tempat pertunjukan yang representatif dan bisa menjadi sanggar bersama bagi kelompok seni.

Pembangunan gedung kesenian sudah dicita- citakan cukup lama. Dia menargetkan proyek gedung selesai pertengahan Desember mendatang.

Proyek gedung kesenian itu sempat membuat masyarakat Boyolali penasaran. Bangunan batu melingkar yang sudah mencapai tinggi lebih dari tiga empat meter membuat masyarakat bertanya-tanya pemanfaatan bangunan tersebut.

“Nanti akan dibuat seperti panggung teater terbuka. Ada atapnya berbentuk kerucut. Yang jelas konsepnya ndak jauh-jauh dari ikon Merapi Merbabu,” kata Abdul Rohman.

Untuk pemanfaatan gedung kesenian tersebut Disdikpora tidak hanya akan memberdayakan kelompok pekerja seni tetapi juga menggandeng event organizer (EO) dan pihak ketiga untuk menggelar event di tempat tersebut. “Dunia seni Boyolali agar lebih bergairah.”

Dia bersama dewan kesenian bakal menjaring calon seniman berbakat untuk digembleng agar lebih berkembang. Tentu saja, harus didukung pelatih- pelatih yang berkualitas.

Selama ini, kata Abdul Rohman, banyak seniman muda yang berlatih dengan fasilitas dan tempat seadanya. Seperti yang dilakukan para duta seni hingga para seniman kecamatan-kecamatan.

Pegiat Seni dari Ketholeng Institute, Siwil Mulyadi, menyambut proyek tersebut karena selama ini Boyolali belum memiliki gedung kesenian yang representatif.

Sumber = Solopos

Related Posts:

KWT Ngudi Mulyo, Desa Tanjungsari, Banyudono Jatuh Bangun Bikin Usaha, Kini Ciptakan 27 Produk Olahan


Merintis usaha mengalami pasang surut sudah hal lumrah. Namun untuk mewujudkan tujuan akhir hingga sukses, hal itu terus dijalani. Seperti Eka Supriyatin, yang memberdayakan ibu rumah tangga dalam sebuah Kelompok Wanita Tani (KWT) Ngudi Mulyo, Desa Tanjungsari, Banyudono.
 
Sekretariatan KWT Ngudi Mulyo terbilang sederhana. Ruang kerja dengan ukuran 6x9 meter persegi itu bersanding dengan tempat produksi makanan berbahan dasar ikan. Hanya ada beberapa komputer dan mesin cetak serta tumpukan berbagai macam dokumen. 

Meski demikian, kriprah KWT Ngudi Mulyo ini tak bisa dianggap remeh. Sebab sudah meraih puluhan penghargaan dan menelurkan produk makanan. Terbukti, di sekretariatan banyak terpasang foto-foto, piala, dan piagam penghargaan untuk KWT tersebut. ”Iya banyak sekali yang memberikan penghargaan, baik di tingkat kabupaten, provinsi, hingga nasional,” beber Eka Supriyatin, ketua KWT Ngudi Mulyo, kemarin (7/9). 

Awal pembentukan kelompok wanita ini lantaran prihatin melihat para ibu yang tinggal di sekelilingnya. Di mana banyak kaum perempuan, utamanya ibu rumah tangga, yang banyak menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, seperti ngrumpi dan lain sebagainya. Melihat kondisi itu, dia mencoba memberdayakan masyarakat melalui kegiatan ekonomi mikro demi mengangkat kesejahteraan masyarakat. 

”Saya orangnya tak bisa diam begitu saja. Akhirnya saya mengajak mereka (ibu-ibu, Red) membikin satu usaha. Karena memang aktivitas saya sebagai ibu rumah tangga paling hanya berapa jam saja, lalu banyak waktu yang terbuang,” kata ibu tiga anak ini. 

Berkat keuletannya, dia berhasil memproduksi 27 macam olahan lele. Yakni, bakso, keripik kulit, nugget, keripik daging, pastel, sosis, kerupuk kepala lele, kaki naga, dawet, otak-otak, nastar, stik daging, dan lainnya. 

Usaha yang dijalani untuk memberdayakan perempuan ini tak semudah membalikkan telapak tangan seperti yang dilihat sekarang ini. Melainkan banyak halangan yang melintang. Mulai adanya pengembalian produk hingga produk puluhan juta tak dibayar. Untuk itu, dia mengajak seluruh kelompok pemberdayaan masyarakat tetap kuat bertahan dalam memperjuangkan masyarakat.

Sumber = Jawapos

Related Posts:

2 anak indonesia sambangi negeri matador untuk sepak bola



Kualitas pemain muda Indonesia ternyata mampu menarik minat klub-klub luar negeri. Terbukti, baru-baru ini ada tiga pemain belia yang dilirik oleh tiga klub asal Spanyol.

Mereka adalah Syukran Arabia Samual, Vicri Haikal, dan Ardiyanto. Ketiganya merupakan pemain SBAI yang tampil di turnamen Football Barcelona Cup, April 2016 lalu.

Dalam turnamen tersebut, mereka tampil ciamik dan berhasil membawa SBAI meraih posisi 3. Ternyata, kemampuan Arabia, Vicri, dan Ardiyanto, dipantau oleh para pemandu bakat dari Barcelona, Real Madrid dan Getafe.

Alhasil, ketiganya mendapatkan surat undangan resmi untuk melakoni tes di Spanyol sejak 21 hingga 27 September 2016. Jika berhasil dalam trial tersebut, mereka bisa masuk ke akademi Barca, Madrid, atau Getafe.

Sayangnya, hanya dua yang bisa berangkat. Vicri mengalami sakit dan terpaksa harus absen dalam test tersebut.

Arabia dan Ardiyanto akan berangkat ke Spanyol sore ini. Mereka didampingi oleh Chairman SBAI, Dani Septian Iskandar.

"Ketika tampil di turnamen, mereka berhasil mengantarkan SBAI meraih posisi 3. Kemampuan mereka ternyata dipantau oleh pemandu bakat dari Barca, Madrid, dan Getafe," kata Dani lewat pesan singkatnya, Selasa siang.

"Mereka harus mengikuti seleksi terlebih dulu selama sepekan agar kemampuannya dilihat lebih dalam. Semoga kedua pemain ini bisa menunjukkan yang terbaik selama trial di sana," lanjutnya.
Sebelum mereka, Evan Dimas sempat menjajal peruntungan di Espanyol. Sayangnya, Evan gagal memikat hati pemandu bakat di sana. Akhirnya, dia kembali ke Indonesia dan bermain bersama Bhayangkara FC.

Sumber = viva.co.id

Related Posts:

Mendaki Sindoro Via Kledung, menikmati indahnya alam temanggung


Sedikit tentang gunung sindoro
Gunung Sindara, biasa disebut Sindoro (altitudo 3.150 meter di atas permukaan laut) merupakan sebuah gunung volkano aktif yang terletak di Jawa Tengah, Indonesia, dengan Temanggung sebagai kota terdekat. Gunung Sindara terletak berdampingan dengan Gunung Sumbing.
Kawah yang disertai jurang dapat ditemukan di sisi barat laut ke selatan gunung, dan yang terbesar disebut Kembang. Sebuah kubah lava kecil menempati puncak gunung berapi. Sejarah letusan Gunung Sindara yang telah terjadi sebagian besar berjenis ringan sampai sedang (letusan freatik).
Hutan di kawasan Gunung Sundoro mempunyai bertipe hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.(wikipedia)

Basecamp

Berada di Jl raya parakan-wonosobo km 12 kledung, temanggung
lokasinya tepat di pinggir jalan raya dan ada pohon besar, terdapat fasilitas loket tiket pendakian, tempat parkir, kamar mandi dan toilet, serta dekat dengan masjid.
Dari sini semua dimulai hahahahaha

Basecamp - POS I
Setelah sampai di basecamp pendaki sindoro via kledung, ada 2 pilihan. Jika ingin menghemat waktu, bisa menggunakan ojek dari basecamp ke POS I, untuk biaya ojek kurang tahu saya,yang penting pinter-pinter aja tawar menawarnya , atau jalan kaki ke pos I dengan waktu 1,5 jam. Perlu diketahui, dari basecamp ke POS I, anda akan melalui perumahan warga serta melewati ladang Tembakau warga (memang sedang musim panen tembakau). Warga di sini cukup ramah-ramah meski bahasa mereka sedikit berbeda dari bahasa jawa.

POS I - POS II (Cawang)

Setelah dari pos I lanjut berjalanan menuju pos II atau pos cawang. Treknya berkelok-kelok sedikit nanjak dengan jalanan tanah yang masih bersahabat dengan pemandangan pepohonan hutan, Setelah sekitar 1,5 jam perjalanan, sampailah di POS II yang disebut cawang.


POS II - POS III

Perjalanan kami lanjutkan ke POS III sindoro. Trek menuju pos 3 ini sedikit menanjak dengan didominasi batu-batu besar, namun masih bisa dijangkau. Dari pos II ke pos III sekitar 2 jam perjalanan normal.
Pos III berada di bawah hitan lamtoro dan sunrise camp, nah di pos III kami mendirikan tenda untuk bermalam karena di pos III cocok untuk membuat tenda dimana masih banyak pohon dan tumbuhan sehingga aman saat terjadi kemungkinan hujan dan angin serta menunggu sunrise di pagi harinya.
kalo cuaca cerah selain di pos III, sunrise camp sangat bagus untuk mendirikan tenda dan menunggu sunrise( catatan= Cuaca cerah )



POS III - POS IV - PUNCAK

Hari berikutnya, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan di pagi hari, setelah membuat sarapan (masak nasi,goreng tempe dan nughet, sayur bayem plus sambal pecel). Kami menuju puncak Gunung sindoro diketinggian 3153 mdpl. Saat menuju ke pos 4.
medan cukup menantang,jalan sangat menanjak serta di dominasi batu-batuan, disini perjalanan tak ada pengampunan dalam 2-3 jam nanjak teruss sampe puncak gunung sindoro.

 PUNCAK


Setelah perjuangan diatas sampelah tujuanya. PUNCAK GN SINDORO.
karena gunung ini gunung vulkano aktif jadi di puncak terdapat kawah serta bau belerang dari dalam kawah yang cukup menyengat.
untuk para pendaki di wajibkan berada di puncak pada kisaran di bawah jam 12 siang (waktu ideal 05.00- 10.00). ini untuk menghindari gas beracun dari dalam kawah.
foto-foto cek di >>>>Dokumentasi gn Sindoro

(Tim terdiri : febri (admin), mas udin, sumarsono, agus a.k.a khentos, agus a.k.a gori, agung)

Related Posts:

DBHCT Dipakai Bangun Embung


 Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali memanfaatkan sebagian alokasi dana bagi hasil cukai tembakau (DBHCT) tahun 2016 untuk membangun embung.

Melalui Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM (DPU dan ESDM) ada sembilan embung yang dibangun dengan dana DBHCT di sembilan desa. Kesembilan embung itu ada di Desa Sangup, Lanjaran, Dragan, Sumur, dan Cluntang Kecamatan Musuk, Desa Cepogo Kecamatan Cepogo, Desa Cepokosawit dan Jenengan Kecamatan Sawit, serta Desa Sempu Kecamatan Andong.

Menurut Kabid Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) DPU dan ESDM Boyolali, Suyono, embung yang dibangun PSDA DPU dan ESDM akan dimanfaatkan sebagai bahan baku air pertanian. Seperti diketahui, proyek embung yang ada di Boyolali tidak hanya dari DPU dan ESDM, tetapi juga Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (Dispertanbunhut) dan Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Pudam).

“Pemanfaatannya berbeda. Selain untuk bahan baku air pertanian, embung dari DPU dan ESDM di daerah Musuk juga akan dimanfaatkan untuk air baku rumah tangga, seperti mandi, cuci, saat musim kemarau,” kata Suyono, saat ditemui Solopos.com, di ruang kerjanya, Jumat (16/9/2016).

Dia menjelaskan embung yang dibangun di sembilan desa itu rata-rata menghabiskan alokasi anggaran berkisar Rp670 juta hingga Rp785 juta dengan kisaran volume embung mencapai 2.000 meter kubik. Embung dibangun di tanah kas desa. Saat ini, proyek embung di sembilan desa itu masih berjalan. Targetnya, embung bisa dimanfaatkan tahun depan.

“Proyek ini merupakan salah satu bagian dari visi misi pemerintah kabupaten agar setiap desa di Boyolali punya embung,” ujar Suyono.

Proyek embung akan berlanjut hingga tahun-tahun mendatang. PSDA DPU ESDM menargetkan minimal setiap tahun menerima alokasi untuk lima embung.

“Tiap tahun minimal lima embung. Tahun depan juga sudah kami rancang, minimal lima embung,” kata Suyono.

Sayangnya, PSDA DPU dan ESDM memiliki kendala untuk mencari tanah kas desa yang layak untuk dibangun embung.

“Minimal kami butuh luas 60 meter x 60 meter untuk mencapai target volume. Tapi rupanya sulit juga cari tanah yang sesuai kebutuhan,” tutur dia.

Sumber: solopos

Related Posts:

Harap Diperhatikan!!! 228 Pelajar Kota Susu Jadi Korban Laka Maut


Satlantas Polres Boyolali mencatat angka kecelakaan lalu lintas yang melibatkan pelajar tahun ini cukup tinggi. Tercatat selama Januari 2016- hingga 18 September 2016, dari 440 kasus kecelakaan dengan jumlah korban mencapai 564 orang, sebanyak 228 korban kecelakaan lalu lintas (pengendara) di antaranya adalah pelajar SD, SMP, dan SMA.

Sedangkan berdasarkan usia, ada 27 korban kecelakaan lalu lintas yang masih berusia 6-15 tahun, dan 72 korban untuk usia 16-20 tahun. Dari 564 korban sebanyak 75 di antaranya meninggal dunia sisanya mengalami luka berat dan luka ringan. Sementara dari 228 korban laka kalangan pelajar, 24 di antaranya meninggal dunia.

Kasatlantas Polres Boyolali, AKP Yuna Ahadiyah, melalui Kanitlaka Ipda Widodo, menjelaskan kepolisian tidak pernah berhenti melakukan penegakkan hukum terhadap pengendara sepeda motor yang masih berada di bawah usia 17 tahun.

Satlantas juga sering sosialisasi kepada pihak sekolah untuk menekan jumlah pelajar yang berkendara sepeda motor. “Imbauan kepada masyarakat orang tua untuk tidak mengizinkan anaknya membawa motor juga sudah. Sayangnya kesadaran masyarakat ini masih sangat kurang,” kata Widodo, saat ditemui, Sabtu (17/9/2016).

Kasus kecelakaan fatal yang menimpa siswa SMPN 2 Banyudono, pada Jumat (16/9), diharapkan menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk mengurangi risiko kecelakaan pada pelajar.

“Sepertinya memang sekolah perlu buat aturan khusus terutama SMP, agar melarang muridnya membawa motor ke sekolah. Tidak hanya itu, masyarakat sekitar sekolah juga perlu mendukung dengan tidak membuka tempat parkir bagi motor pelajar,” kata Widodo.

Yang selama ini terjadi, meskipun sekolah sudah melarang namun masyarakat sekitar sekolah justru membuka tempat penitipan sepeda motor sehingga siswa leluasa menitipkan kendaraannya kemudian ke sekolah masuk dengan jalan kaki. Bagi sekolah yang mampu juga diimbau membuka layanan antar jemput dengan kendaraan.

Catatan buat orang tua untuk selalu mengawasi anak-anaknya, mereka adalah generasi penerus bangsa. 

Sumber: solopos

Related Posts:

karena hujan masih sering, pendaki gunung merapi harap waspada


Status merapi aktif normal bukan berarti tidak ada ancaman,Guguran yang di akibatkan Magma mungkin tidak ada tetapi kondisi puncak merapi, terjadi beberapa tempat ada kubangan yang sering terisi air,kubangan tersebut adalah kawah yang terbentuk oleh letusan merapi 2010,jika air penuh kemana larinya tentu ke segala arah yang lebih rendah muaranya ke sungai yang hulunya di Merapi,arah ancaman mungkin akan sangat besar ke Gendol dan sebagian magelang.

Sumber : merapi.combine.or.id

Related Posts:

Konstruksi Kubah Convention Hall Boyolali Mulai Dibangun


Pelaksana proyek pembangunan convention hall di kawasan Ngebong, Siswodipuran, Boyolali Kota, mulai membuat konstruksi bentuk kubah pada bagian atap proyek gedung bernilai miliaran rupiah. Konstruksi atap kubah terbuat dari besi. Kendati sudah menunjukkan bentuk bangunan, namun Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali memastikan proyek gedung tersebut baru bisa selesai 2017. Kepala Bagian (Kabag) Pembangunan Sekretariat Daerah (Setda) Boyolali, Ahmad Gozali, menjelaskan tahun depan proyek convention hall masih akan digelontor anggaran hingga Rp5 miliar.

 “Tahun depan masih menyelesaikan sebagian pembangunan fisik gedung dan penataan lingkungan. Sudah ada estimasi anggaran untuk 2017 senilai Rp5 miliar,” kata Gozali, saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (14/9/2016). Penyelesaian proyek fisik tahun 2017 meliputi pembangunan basement dan lantai gedung, ditambah dengan penataan lingkungan gedung. Seperti diketahui, proyek tersebut sudah dibiayai dengan dua tahun anggaran. Tahun 2015, Pemkab Boyolali sudah menghabiskan anggaran senilai Rp7 miliar untuk proyek tahap awal. Sedangkan tahun ini, alokasi anggaran untuk proyek tahap II mencapai Rp11,27 miliar. “Proyek tahap II rencananya selesai tiga bulan lagi, kira-kira pertengahan Desember.” Convention hall dibangun berkapasitas 2.000 orang.

Proyek ini adalah inisiatif Bupati Boyolali, Seno Samodro yang menginginkan agar Boyolali memilih gedung pertemuan yang representatif. Ide ini mencontoh gedung-gedung pertemuan yang ada di Negara-negara di Eropa. Gedung tersebut tidak hanya untuk pertemuan tetapi juga untuk kegiatan kesenian, pameran dagang, olah raga, maupun pameran kesenian. Kawasan Ngebong dipilih untuk pembangunan gedung karena dinilai strategis. Selain berada di pusat keramaian, lokasi Ngebong mudah dijangkau angkutan umum. Sedianya, convention hall bisa digunakan perdana untuk peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS).

Namun, melihat progres pembangunan, rencana pemanfaatan perdana itu diurungkan. “Tapi untuk akhir tahun, sekitar Desember sudah ada rencana pemanfaatan oleh salah satu SKPD,” ujar Gozali. Kepala Bagian (Kabag) Humas dan Protokol Setda Boyolali, Wiwis Trisiwi Handayani, menyebutkan Pemkab Boyolali berencana memanfaatkan gedung convention hall kali pertama untuk peringatan Hari Ibu 22 Desember mendatang. “Namun ini masih sebatas wacana karena kami akan melihat progres proyek nanti seperti apa. Kalau memang memungkinkan ya akan kami pakai di tempat itu, tapi kalau infrastruktur di lingkungan gedung belum siap, ya kami cari tempat lain,” ujar Wiwis.

Selain itu, lanjut Wiwis, ada acara hiburan akhir tahun yang diselenggarakan swasta dan berencana menggunakan convention hall. “Tapi itu juga sifatnya masih tentantif,” kata dia.



Sumber : Solopos.com

Related Posts:

Di SMK N 1 Mojosongo Boyolali, Ganjar Bicara Soal Susu bersama siswa SMA/SMK boyolali


Pertanyaan singkat dari Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, membuka agenda Gubernur Mengajar yang digelar di Aula SMKN 1 Mojosongo, Boyolali, Jumat (9/9/2016).

“Di negara mana letak kota Birmingham?” kata Ganjar. Tak banyak yang langsung merespons pertanyaan tersebut meskipun Gubernur Mengajar dihadiri Ratusan siswa SMA/SMK dari berbagai daerah di Boyolali.

“Birmingham itu ada di utara Boyolali atau selatan Boyolali?” Siswa siswi masih belum juga ada yang merespons. Ganjar mendekati salah satu siswa yang malah menyebut Birmingham ada di Kemusu.

Sontak jawaban itu membuat suasana menjadi ger-geran. Siswa lainnya asal SMA 1 Simo, Ramadhan, menyebut Birmingham ada di Negara Inggris. Ramadhan pun akhirnya terlibat tanya jawab dengan Ganjar.

Pertanyaan yang tiba-tiba dilontarkan Ganjar itu bukan tanpa sebab. Rupanya, Bupati Boyolali Seno Samodro baru saja menjanjikan beragam program beasiswa kepada siswa SMA/SMK di Boyolali serta pegawai negeri sipil di Boyolali.

“Saya minta, tahun depan, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga siapkan anggaran Rp50 miliar khusus untuk beasiswa. Terutama pelajar SMA/SMK yang ingin kuliah ke luar negeri. Juga untuk PNS, target saya ada 50 orang sarjana Boyolali ambil master di Birmingham, tapi yang usianya kurang dari 30 tahun,” papar Seno.

Dengan janji yang disampaikan Seno, Ganjar meminta siswa SMA/SMK yang ikut agenda Gubernur Mengajar lebih rajin belajar agar bisa mengakses program-program beasiswa.

Interaksi Ganjar dengan siswa berlanjut. Ganjar pun kembali melontarkan pertanyaan singkat.
“Apa yang kalian ingat jika bicara tentang Boyolali?”
Siswa SMAN 3 Boyolali, Putri Meluk, tanpa malu-malu maju ke depan dan langsung merespons pertanyaan Ganjar.

“Kalau bicara Boyolali maka ada dua hal yang saya ingat, sapi sekaligus susunya, dan bupati Seno,” kata Meluk, sapaannya.

Ganjarpun melanjutkan pertanyaannya. “Apa yang kamu tahu tentang susu sapi Boyolali?”
Dengan percaya diri Meluk menjawab, “Susu dan sapi di Boyolali sudah sangat terkenal. Tinggal kami anak muda mengelola dan membuat ide-ide baru agar susu dan sapi di Boyolali lebih berkembang lagi,” kata Meluk. Meluk pun ditantang berfikir, apa yang bisa dilakukan dengan susu sapi di Boyolali.

“Susu sapi tidak akan ada nilainya jika hanya diperas kemudian dituang dalam gelas untuk diminum. Susu sapi bisa dikembangkan lagi menjadi keju, yogurt, keripik susu, bahkan tahu susu,” papar dia.
Ganjar menilai Meluk adalah salah satu generasi muda yang mulai memikirkan peluang dan potensi yang dimiliki daerahnya. “Dia mulai berfikir besar,” ujar dia.

Dalam kesempatan tersebut, Ganjar meminta siswa SMA/SMK mulai belajar serius untuk memahami peluang dan belajar berkreasi memanfaatkan peluang. Dia pun bercerita tentang kesuksesan salah satu pengusaha gula asal Cilongok, Banyumas, yang dengan kreasinya bisa menembus pasar modern dan menjual gula dengan nilai yang lebih tinggi.

Sumber : solopos.com

Related Posts:

Proyek Embung Musuk Masuk Tahap finishing


Proyek pembangunan embung Musuk di Desa Musuk Kecamatan Musuk memasuki tahap akhir. Kendati berdasarkan jadwal proyek tersebut harus selesai awal September ini, namun di lokasi proyek pekerja masih sibuk menyelesaikan beberapa pekerjaan.

Berdasarkan data yang diterima Solopos.com, proyek embung Musuk dilaksanakan PT Graha Kreasindo Utama. Proyek itu menelan anggaran hingga Rp58 milir. Proyek dimulai 9 Februari dan harus selesai dalam waktu 219 hari. Artinya, awal September ini harus selesai.

Penanggungjawab proyek, Didik, menyebutkan secara keseluruhan proyek embung Musuk sudah selesai. Seluruh sisi dan dasar embung sudah dipasang membran.

“Namun masih ada beberapa pekerjaan kecil yang masih harus kami selesaikan. Seperti merapikan saluran pembuangan dan tiang penanda debit air,” kata Didik, saat ditemui wartawan, Kamis (8/9/2016).

Direktur Perusahaan Umum Daerah Air Minum (PUDAM) Tirta Ampera Boyolali, Cahyo Sumarso, berharap kontraktor segera menyelesaikan pekerjaan karena sudah mendekati akhir masa kontrak kerja.

Dia menyebut proyek embung didanai anggaran dari pemerintah pusat. PUDAM hanya menyediakan lahan dan memanfaatkan sumber air tersebut. PUDAM memanfaatkan lahan kas desa dengan masa sewa 25 tahun.

Embung Musuk tersebut merupakan embung kedua yang dibangun di Desa Musuk. Perluasan embung ini bertujuan meningkatkan volume air dari 110.000 meter kubik menjadi 450.000 meter kubik. Air tersebut sebagai air baku untuk memasok kebutuhan pelanggan di Kecamatan Musuk, Boyolali Kota, dan Mojosongo.

Sebelum dimanfaatkan pelanggan, air baku akan diolah terlebih dahulu di unit pengolahan air yang terletak di sisi timur embung.

Perluasan embung juga bertujuan agar embung di Musuk itu bisa melayani kebutuhan air bersih pelanggan selama setahun penuh. Selama ini, embung Musuk pertama hanya bisa melayani kebutuhan pelanggan maksimal selama delapan bulan. Saat kemarau, air cadangan akan habis.

Sumber : solopos.com

Related Posts:

Karena Miras, 2 Warga Ngemplak Boyolali Tewas


Dua pemuda Manggung, Ngemplak Boyolali tewas diduga setelah menenggak minuman keras (miras) palsu alias KW di tempat karaoke di Nusukan, Banjarsari Solo. Polsek ngemplak Boyolali, Minggu (11/9/2016) malam langsung menggelar razia miras dengan sasaran warung-warung di Desa Manggung Ngemplak.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, dua korban tewas yakni Rd, 35 dan Ad, 25. Mereka tewas tak berselang lama. Mereka menenggak miras bersama teman-temannya pada Jumat (8/9/2016) di sebuah tempat karaoke di kawasan Nusukan Banjarsari Solo. Salah seorang korban dilarikan ke RS Panti Waluyo, Solo, Jumat malam. Namun nyawanya tak tertolong pada malam itu juga.

Sementara salah seorang korban tewas lainnya mengembuskan napas terakhir di rumahnya, Sabtu (9/9) pagi. “Keluarga korban tertutup saat dimintai keterangan. Karena itu kan aib, jadi agak sulit memberikan keterangan,” papar Kanitreskrim Polsek Ngemplak, Ipda Basori, kepada Solopos.com, Senin (12/9).

Basori mengatakan belum diketahui persis jenis miras yang ditenggak kedua korban. Dugaan sementara, kedua korban menenggak miras palsu. Miras palsu biasanya berupa cairan ramuan dengan beberapa jenis bahan tertentu lalu dimasukkan ke botol-botol miras terkenal buatan luar negeri yang telah kosong. Ramuan miras ini biasanya warna dan aromanya dibuat semirip mungkin dengan aslinya.

Harga miras palsu ini relatif lebih murah. “Tahu-tahu korban ini pulang sempoyongan dan merasakan sakit. Esoknya diketahui meninggal. Satunya dilarikan ke RS, tapi tak tertolong juga,” ujarnya.
Basori juga belum bisa memastikan apakah kedua korban tewas karena miras oplosan.
Meski tak ada laporan dari pihak keluarga ke polisi, namun polisi terus menyelidiki kasus ini. Selain itu, polisi juga menggelar razia di desa asal kedua korban meregang nyawa.
“Kami menyita beberapa botol miras di warung-warung. Saya sendiri heran, Kecamatan Ngemplak ini paling rajin menggelar razia miras, tapi tetap saja ada. Mereka kalau mabuk ke luar Ngemplak,” terangnya.

Terpisah, Kapolsek Ngemplak, AKP Ahmad Nadiri, mengatakan kedua korban berdasarkan catatan kepolisian memang dikenal gemar mabuk. Saat menenggak miras di Nusukan, Solo, kata dia, kedua korban juga bersama teman-temannya. “Hasil pemeriksaan dari rumah sakit, korban datang dengan bau alkohol,” katanya.

Nadiri mengingatkan agar warga tak main main dengan miras. Pihaknya meminta warga agar lekas melapor polisi jika menemukan aktivitas miras di sekitarnya. “Apalagi miras oplosan ini sudah kerap merenggut nyawa. Kami akan tindak tegas orang yang mabuk-mabukkan,” paparnya.


sumber : solopos.com

Related Posts:

Mendoan Gulung pas di makan saat hangat


MAKANAN berbahan tempe bernama mendoan sudah dikenal berbagai kalangan. Ketika dijadikan mendoan gulung dengan isi seperti telur dadar, keju maupun sosis akan mempunyai tampilan dan cita rasa unik.
Warga kawasan Jalan Kaliurang Sleman, Nurhayati Nirmalasari (Nungki) termasuk yang sudah berkreasi membuat mendoan gulung yang diberi nama Mendoan Gulung Enak (Megulen). Cara membuatnya cukup sederhana, bahkan ketika dijual di pameran dengan harga Rp 7.000 sampai Rp 8.000 perporsi (tergantung pilihan isinya) cukup banyak diminati pengunjung. Dengan langsung dimakan di tempat dan masih hangat, kian terasa nikmat dan lezat.
Menurut Nungki, bahan baku pembuatan Megulen cukup menggunakan tempe yang diiris tipis-tipis. Isinya dapat memilih telur sudah dadar, keju atau sosis. Tempe yang sudah tipis-tipis sebelum digulung diberi isinya, setelah itu digulung dengan diikat menggunakan daun bawang.  Gulungan tempe mendoan dicelupkan di adonan tepung berbumbu tanpa MSG lalu digoreng di minyak panas sampai matang. Ikatan yang terbuat dari daun bawang mampu menambah aroma dan rasa tersendiri serta dapat di makan.
“Tempe yang kami gunakan untuk membuat mendoan terbuat dari kedelai lokal, bukan kedelai import yang bersifat transgenik ataupun rekayasa genetik. Kedelai lokal sudah banyak dibudidayakan seperti di Grobogan, bersifat lebih alami, menyehatkan, aman dan baik untuk menunjang produk pangan sehat,” jelas Nungki saat ditemui di even pameran di kompleks Gedung Mandala Bhakti Wanitatama Yogyakarta, Jumat (26/8/2016).
Satu porsi Megulen, lanjutnya, ketika disajikan dipotong-potong menjadi empat sampai lima potong. Jika senang lombok dapat dimakan menggunakan lombok rawit. Selain itu dapat dijodohkan dengan Soy Shake, yakni susu kedelai dibikin shake serta dapat dipadu bahan tambahan seperti dawet, cincau, vanilla, coklat maupun green tea. Ia pun biasa menyediakan Soy Shake, dengan pemanisnya dapat memilih larutan  gula Jawa atau gula pasir.

Sumber:krjogja.com

Related Posts:

Cendikiawan (Diki) Suryaatmadja, Bocah 12 tahun asal Indonesia kuliah di kampus Kanada


Cendikiawan (Diki) Suryaatmadja, bocah laki-laki 12 tahun asal Indonesia, besok akan mulai kuliah di Universitas Waterloo, Kanada.

Menurut pihak kampus, Diki mengambil jurusan fisika dan akan mengikuti kelas tambahan matematika, kimia, serta ekonomi di kampus bergengsi Kanada itu.

Situs Inquirer melaporkan, Rabu (7/9), karena dikenal jenius, Diki selama sekolah di Tanah Air mengikuti kelas percepatan dan dia belajar bahasa Inggris dari menonton film.

Diki tercatat menjadi mahasiswa termuda dalam sejarah yang mendaftar di Universitas Waterloo.
Pejabat kampus mengatakan kepada media Kanada, usia tidak menjadi faktor menentukan bagi kampus untuk menerima Diki. Diki dikatakan menjadi siswa dengan catatan akademis terbaik yang diterima di Waterloo tahun ini.

"Dia punya nilai yang fenomenal," kata Andre Jardin, pejabat kampus bagian pendaftaran kepada stasiun televisi CTV. "Dia sangat siap secara akademis. Yang membuat kita kagum adalah dia bocah berusia 12 tahun."

Diki mengatakan kepada stasiun televisi CBC, dia sangat senang akan bertemu dengan siswa baru dan berteman dengan mereka.

Dia mengaku ingin menerapkan ilmu yang dia miliki untuk pengembangan energi terbarukan.

Selama di Kanada Diki tinggal bersama ayahnya di sebuah apartemen dekat kampus dan dia mengatakan sudah tidak sabar ingin belajar main ski es.

Related Posts:

Masyarakat di lereng Gunung Merbabu, diajak untuk mulai melakukan upaya pencegahan kebakaran hutan


Masyarakat di lereng Gunung Merbabu, Kecamatan Selo, Boyolali diajak untuk mulai melakukan upaya pencegahan kebakaran hutan agar insiden rutin tahunan di hutan Gunung Merbabu tidak terjadi lagi tahun ini.

“Dari Brimob Polda Jateng bahkan turun langsung sosialisasi kepada pengurus basecamp pendakian dan kepada pendaki. Intinya semua pendaki harus mencegah kebakaran, pengrusakan hutan, dan mengamankan mata air yang ada di lereng gunung,” kata Kanit Sabhara Polsek Selo, Aiptu Trie Prihasto, saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (2/9/2016).

Sosialisasi dari Brimob itu, kata Trie, juga merupakan bagian dari program promoter dalam rangka 100 hari Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian.

Dalam setiap aktivitas pendakian, pendaki dilarang membawa senjata tajam, miras, dan dianjurkan tidak merokok selama mendaki. Jika membuat api unggun, maka dipastikan sudah benar-benar mati saat ditinggalkan. Selain sosialisasi, tim Brimob dan anggota Polsek Selo juga melakukan pemetaan kecepatan penanganan bencana kebakaran. Jika terjadi kebakaran hutan baik di Merapi maupun Merbabu, maka informasi harus segera masuk ke Polsek Selo kemudian Polsek Selo melaporkan ke Polres Boyolali baru kemudian ke Brimob. “Nanti Brimob akan menempatkan posko ke lokasi di wilayah bencana.”

Menurut Tri, kebakaran hutan Gunung Merbabu selalu terjadi saat musim kemarau. “Mudah-mudahan dengan adanya kemarau basah tahun ini, tidak ada lagi kebakaran,” ujar Trie.

Warga Dukuh Selo Nduwur, Desa Selo, Joko Purnomo, membenarkan masyarakat di sekitar Merbabu telah mendapatkan sosialisasi dari aparat Brimob terkait upaya mencegah kebakaran hutan. “Ya, warga diminta selalu menjaga dan melestarikan alam. Himbauan juga disampaikan kepada pendaki agar selalu mematikan api unggun dan mematikan puntung rokok,” kata Joko.

Seperti diketahui, pada puncak kemarau tahun lalu hutan di Gunung Merbabu terbakar hebat. Sedikitnya 270 hektare lahan di Merbabu terbakar. Kebakaran terjadi hingga lebih dari sepuluh hari. Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGMb) bahkan harus melakukan water bombing untuk memadamkan api.

Related Posts:

Batik Glugu, Motif Batik Khas Boyolali

Seni dan juga budaya Indonesia banyak yang telah dikenal oleh dunia internasional. Salah satu seni tersebut adalah seni batik yang berasal dari pulau Jawa. Berbagai macam motif batik saat ini telah tercipta dan menarik minat banyak orang baik dari masyarakat Indonesia maupun masyarakat luar negeri.

Kesenian membuat batik ini hampir dapat kita temui di seluruh pulau jawa dan bahkan saat ini telah juga menyebar ke beberapa pulau di luar jawa.

Motif baju batik dari pulau jawa sendiri banyak yang telah sangat terkenal dan menjadi koleksi baju batik para pejabat dan orang terkenal dari berbagai negara di dunia. Boyolali adalah sebuah daerah yang terletak di pulau jawa dan juga memiliki seni batik yang sedang berkembang. Kota ini memiliki motif batik serat pohon kelapa yang sering disebut sebagai motif batik glugu.

Motif batik dari kota Boyolali ini telah menjadi suatu motif yang menambah kekayaan seni motif batik di Indonesia dengan motif yang khas dan juga unik. Saat ini baju batik bukan lagi suatu hal yang aneh dalam busana masyarakat Indonesia pada umumnya, begitu juga dengan motif batik glugu sebagai sebuah motif batik yang baru telah berhasil menarik minat masyarakat dari berbagai kalangan untuk dijadikan koleksi.

Bahkan motif batik Glugu saat ini telah dipakai oleh beberapa kantor pemerintah dan juga beberapa perusahaan swasta sebagai seragam kerja mereka. Hal semacam ini tentu memberikan dorongan yang cukup baik bagi industri baju batik di wilayah Boyolali ini sendiri dan membuat para seniman batik semakin bersemangat dalam menciptakan berbagai desain dan motif batik yang baru.

Motif batik glugu ini pembuatan nya pertama kali dilakukan oleh bapak Muhammad Amin. Beliau adalah seorang warga Dukuh Godeg yang terletak tepatnya di kecamatan Ampel Boyolali. Bahkan motif batik ini telah di paten kan sebagai motif batik buatan beliau. Hal ini penting dilakukan oleh para seniman batik karena saat ini duplikasi motif batik cukup sering kita temui dan kemudian akan dibuat secara massal yang membuat harga jual motif batik tersebut menjadi jatuh dan dijual dengan harga murah.

Menurutnya, Glugu mempunyai serat yang unik. Setiap kayu yang dibelah memiliki motif yang berbeda-beda. Begitu halnya dengan Glugu aslinya yang terdiri dari dua jenis yaitu kelapa merah dan hijau. Jika serat pada kelapa hijau lebih sedikit dibandingkan dengan kelapa merah. Serat yang ada pada kayu itu kemudian dipotret dan dibuatkan cap untuk membatik.

Amin menambahkan tidak mudah membuat batik dengan motif Glugu ini. Ia butuh waktu cukup lama untuk menemukan motif serta membuat batik yang pas.

“Usaha kami ini ada beberapa jenis batik yaitu batik cap dan tulis. Kini setiap harinya saya bisa memproduksi setidaknya enam kodi batik. Batik itu juga terdiri dari berbagai kain mulai dari sutera hingga primis,” tambahnya.

Alhasil, dari batik Glugu khas ini dalam sebulan Amin bisa meraup keuntungan hingga Rp75juta. Batik Glugu yang telah mendapatkan hak paten ini dijual dengan harga beragam per potongnya. Mulai dari harga Rp70.000 hingga Rp400.000 tergantung kain serta motifnya.

Usaha batik yang dimulai sejak dua tahun lalu kini berkembang pesat. Setidaknya sudah ada sekitar 3.800 motif batik Glugu yang diciptakan. Terlebih lagi, aneka motif tersebut sudah mempunyai hak paten atau hak cipta. Sehingga motif batik Glugu telah menjadi miliknya. Batik Glugu memang tidak dijual di pasaran untuk menjaga keasliannya.


Sumber:Bibol Batik & solopos

Related Posts:

Indonesia Vs Malaysia Skor Akhir 3-0 FT dalam laga uji coba di Stadion Manahan Solo


Hasil manis berhasil ditorehkan armada Garuda usai membekuk tamunya timnas Malaysia lewat kemenangan telak 3 gol tanpa balas dalam sebuah laga persahabatan malam ini ( Selasa 6/9 ). Keitga gol kemenangan timnas Indonesia masing-masing disumbangkan oleh Boas Salosa 7′, 22′ dan Irfan Bachdim di menit ke 10′.

Tampil di depan pendukung sendiri, pasukan Merah Putih langsung keluar menyerang sejak menit pertama. Alhasil, baru 7 menit laga berjalan , sebuah aksi dari Boaz Salosa berhasil membuahkan gol pembuka untuk Indonesia.

Memanfaatkan blunder bek Malaysia, Boaz dengan percaya diri melakukan solo run sebelum diakhiri dengan sebuah suting keras yang sukses menggetarkan jala gawang Choirul Fachmi. 1-0. Indonesia unggul.

Tak butuh waktu lama bagi skuad Garuda untuk menggandakan keunggulan. Gol Irfan Bachdim di menit ke 10 sukses bawa timnas Indonesia menjauh dengan keunggulan 2-0.

Lagi-lagi berawal dari blunder bek Malaysia, Boaz yang berdiri bebas memberikan trupas pada Irfan Bachdimd dan diakhiri dengan firstime keras yang kembali menjebol gawang Coirul Fahmi. 2-0.

Memasuki 22 menit laga berjalan, sang kapten Boaz Salosa sukses mencatakan namanya untuk kedua kalinya sekaligus bawa Indonesia makin mmenjauh dengan keunggulan 3-0. Skor 3-0 untuk keunggulan timnas Indonesia bertahan hingga turun minum.

Di babak kedua, intensitas serangan timnas Indonesia cenderung lebih menurun. Situasi ini praktis dimanfaatkan Malaysia untuk lebih gencar lagi mengusung pertahanan tuan rumah.

Sempat tercipta beberapa peluang emas dari kaki para striker Harimau Malaysia. Namun hasilnya nihil. Tak ada satupun peluang yang berbuah gol ke gawang Indonesia.

Alhasil, skor 3-0 untuk keunggulan timnas Merah Putih masih tetap bertahan hingga akhir pertandingan.

Susunan Pemain
 
Indonesia: Andritany; Benny Wahyudi, Yanto Basna, Fachruddin, Abdul Rachman; Bayu Pradana, Evan Dimas, Andik Vermansyah, Zulham Zamrun; Boaz, Solossa, Irfan Bachdim.

Malaysia: Khairul Fahmi; Azrif, Fadhli, Ronny, Matthew; Brendan, Baddrol, Zack Haikal, Irfan; Amri, Safawi Rasid.

Related Posts:

Sebentar lagi daging melimpah Lur, Ni ada Resep Sate kambing Yang nikmat Lur


Momentum Idul Adha biasanya identik dengan menu masakan dari daging. Jika Anda merasa bingung mau membuat olahan apa dari daging kambing, tidak ada salahnya jika mencoba membuat sendiri sate kambing khas Madura yang enak dan lezat.
Berikut cara membuat sate kambing Madura.
Bahan yang diperlukan untuk membuat sate kambing:
  • 500 gr daging kambing
  • 5 sdm kecap manis
  • 2 buah jeruk limau
Bumbu kacang untuk sate kambing khas Madura:
  • 250 gr kacang tanah, goreng
  • 4 siung bawang putih
  • 5 butir bawang merah
  • 2 buah cabai merah
  • 500 ml air
  • 5 sdm kecap manis
  • Garam secukupnya
Cara membuat sate kambing khas Madura:
Setelah semua bahan tersedia, proses selanjutnya adalah membuat sate kambing khas Madura. Berikut langkah-langkahnya.
  1. Potong daging kambing bentuk dadu, tusuk dengan tusuk sate, dan sisihkan.
  2. Haluskan semua bahan bumbu kacang dengan air hingga lembut, kecuali kecap dan daun jeruk. Campur dengan kecap dan sedikit air, masak hingga berminyak dan matang, lalu angkat.
  3. Lumuri sate kambing dengan kecap yang telah ditambahkan sedikit bumbu kacang hingga permukaannya rata.
  4. Bakar sate sambil dibolak-balik hingga matang, lumuri bumbu kacang dan kecap, kemudian angkat.
  5. Sajikan sate kambing dengan bumbu kacang, jeruk limau dan lontong.
Demikianlah resep membuat sate kambing khas Madura yang enak dan lezat untuk disantap di hari lebaran Idul Adha nanti.

Related Posts:

Kelebihan Menanam dengan Teknik Hidroponik


Saat ini masyarakat semakin susah untuk memiliki tanaman di rumah karena keterbatasan lahan. Namun, hal ini bukan halangan untuk tidak memiliki tanaman di pekarangan rumah. Terutama bagi Anda yang hobi berkebun. Menanam dengan teknik hidroponik bias menjadi solusinya.


Hidroponik merupakan budidaya tanaman dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dan fokus pada pemenuhan kebutuhan nutrisi tanaman. Jika dibandingkan dengan pola cocok tanam biasa yang menggunakan media tanah, kebutuhan air pada pola cocok tanam hidroponik lebih sedikit.

Hidroponik menggunakan air yang lebih efisien, sehingga cocok diterapkan pada daerah yang memiliki pasokan air yang terbatas. Ada banyak hal menyenangkan ketika Anda menanam dengan teknik hidroponik. Berikut kelebihan menanam dengan teknik hidroponik.
  • Hidroponik memungkinkan Anda bercocok tanam tanpa tanah.
  • Hidroponik membuat air akan terus bersirkulasi di dalam sistem dan bisa digunakan untuk keperluan lainnya. Hidroponik sistem sumbu (wick) akan membuat air terus bersirkulasi di dalam sistem dan bisa digunakan untuk keperluan lain, misal disirkulasikan ke akuarium.
  • Hidroponik menjadikan barang-barang bekas di rumah jauh lebih bermanfaat. Seperti botol-botol bekas yang biasanya langsung Anda buang, bisa menjadi tempat bercocok tanam hidroponik.
  • Hidroponik Memberikan hasil yang lebih menjanjikan. Bercocok tanam dengan metode hidroponik akan memberikan hasil yang lebih banyak, seperti pohon-pohon tomat yang ada di Epcot Center Hydroponic Garden.
  • Hidroponik melindungi tanaman dari gulma. Tanaman yang ditanam dengan cara hidroponik akan bebas dari tumbuhan pengganggu/gulma.
  • Hidroponik mempercepat pertumbuhan tanaman
  • Hidroponik sebagai alternatif mengisi waktu luang. Hidroponik sederhana dapat dilakukan sendiri oleh siapapun. Jadi, tidak ada salahnya Anda mencobanya ketika sedang luang.
  • Hidroponik dapat digunakan sebagai penghias ruangan. Hidroponik juga dapat digunakan sebagai penghias ruangan agar rumah tampak lebih hidup.
Sumber:Pertanianku.com

Related Posts:

Limbah Peternakan Sapi Penghasil Tenaga Listrik


Peternak sapi di Desa Bamonia, Shahjanpur Thana, Kota Borga, Bangladesh, Mohammed Abdul Khaliq mengubah limbah peternakan sapi dan rumah tangga menjadi listrik. Ia mengolah kotoran sapi menjadi biogas sejak 2013 lalu.


Kotoran sapi dialirkan dari kandang ke dalam bak penampung, lalu diberikan larutan mikroba ke dalam bak penampungan tersebut untuk mempercepat proses penguraian kotoran sapi. Setelah itu, Abdul Khaliq mengalirkan kotoran sapi dari bak penampung ke dalam tabung digeser atau pengurai.
Hasil dari penguraian kotoran sapi tersebut adalah biogas berupa gas metan yang memiliki fungsi sebagai bahan bakar kompor dan genset penghasil tenaga listrik. Abdul Khaliq menggunakan tenaga listrik untuk mengoperasikan mesin pencacah jerami untuk pakan sapi. Menurut Abdul Khaliq dengan menggunakan mesin pencacah itu dapat memudahkan pekerjaannya untuk memproduksi pakan sapi. “Sebelumnya saya tidak pernah mencacah jerami sehingga sapi mencerna pakannya sangat lambat,” ucap Abdul Khaliq.

Dengan adanya sumber listrik dari biogas, saat ini Abdul Khaliq juga bisa memerah susu sapi menggunakan mesin pemerah. “Susu sapi yang dihasilkan juga menjadi lebih higienis,” ujar Abdul Khaliq.

Dari 11 induk sapi perah Abdul Khaliq dapat menghasilkan sekitar 80–100 liter susu setiap hari. Menakjubkannya lagi hasil akhir proses penguraian berupa pupuk kandang. Abdul Khaliq menggunakan pupuk tersebut untuk tanaman jagung organiknya.
Abdul Khaliq bahkan menggunakan tenaga listrik yang dibuatnya dari biogas sebagai penerangan rumah dan kandangnya.

Dengan adanya teknologi ini limbah ternak yang selama ini dibiarkan begitu saja dapat memberikan penghasilan lebih bagi masyarakat sekitar. Selain untuk memenuhi kebutuhan listrik dan bahan bakar, para peternak juga dapat memperoleh pendapatan tambahan dari hasil penjualan pupuk organik.

Sumber:Pertanianku.com

Related Posts:

budidaya lele dengan menggunakan teknologi bioflok terbukti mendorong peningkatan produksi


Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budi daya (DJPB), mendorong penyebaran teknologi bioflok untuk budi daya lele. Pasalnya, budi daya lele dengan menggunakan teknologi bioflok telah terbukti mendorong peningkatan produksi.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah melakukan percontohan budi daya lele sistem bioflok di Kelompok Pembudidaya Ikan (POKDAKAN) Karya Mina Sejahtera Bersama di Desa Duren, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

“Teknologi bioflok telah terbukti meningkatkan produksi lele di lahan yang terbatas. Di samping itu, budi daya lele menjadi lebih ramah lingkungan, hemat dalam penggunaan air dan pakan serta dapat dilakukan di lahan yang terbatas,” tutur Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, pada saat melakukan penebaran benih lele, sebagai tanda dimulainya percontohan budi daya lele sistem bioflok di Desa Duren, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, seperti diansir dari Jitunews (30/8).

 Lebih lanjut Slamet mengungkapkan bahwa budi daya lele dengan sistem bioflok ini efektif dan mampu mendongkrak produktivitas lahan.

“Dengan lahan yang terbatas, produksi lele masih dapat ditingkatkan, di samping itu biaya produksi juga dapat ditekan dan waktu budidaya juga lebih singkat, jika dibandingkan dengan budi daya lele dengan cara konvensional,” papar Slamet.

“Sebagai gambaran, satu lubang atau satu kolam bioflok dengan kapasitas air 10 m3, dengan modal kurang lebih Rp5 juta, dapat dipanen lele kurang lebih sebanyak 1 ton secara parsial selama kurun waktu 2,5 bulan. Apabila harga lele konsumsi adalah Rp15.000/kg, akan dapat diperoleh hasil kurang lebih Rp15 juta. Jadi, pembudidaya akan mendapatkan keuntungan sekitar Rp10 juta, selama kurun waktu 2,5 bulan untuk wadah satu lubang,” jelas Slamet.

Dikatakan Slamet, produksi lele secara nasional dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2011–2015) mengalami peningkatan 21,31% per tahun. Dari 337.577 ton pada 2011, menjadi 722.623 ton di 2015.

“Peningkatan produksi lele per tahun yang mencapai 21,31% ini merupakan kenaikan terbesar dibandingkan dengan komoditas air tawar lainnya seperti nila, mas, patin dan gurami. Ini juga menjadi bukti bahwa pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan serta efisien, mampu meningkatkan produksi ikan,” kata Slamet.
Sumber: Pertanianku.com

Related Posts:

Petani Turun Gunung Jemur Tembakau Rajangan untuk menekan kerugian


Seiring mulainya musim panen tembakau di kawasan lereng Gunung Merapi-Merbabu, kawasan Boyolali kota diserbu para petani tembakau untuk menjemur tembakau rajangan mereka.
Tahun ini, di tengah lesunya pertembakauan, para petani tembakau berharap bisa menekan kerugian.
Pengeringan tembakau rajangan dengan cara dijemur di bawah terik matahari langsung menjadi cara satu-satunya petani tembakau rajangan untuk mengeringkan tembakau hasil panen mereka.
Kondisi cuaca yang tidak mendukung di kawasan atas karena seringkali mendung dan hujan, membuat petani di lereng Merapi-Merbabu terutama di wilayah Kecamatan Selo, terpaksa membawa turun tembakau rajangan mereka.
Proses pengeringan tersebut membuat biaya produksi petani semakin bertambah. Padahal saat ini kondisi pertembakauan tengah terpuruk. Imbasnya, banyak tembakau petani yang tidak terjual sehingga mereka terpaksa melakukan panen dan mengolah tembakau mereka sendiri.
Salah satu petani asal Desa Tarubatang, Kecamatan Selo, Sugeng Widodo (45) saat ini kondisi petani tembakau cukup terpukul. Selain tembakau kurang laku juga ditambah kondisi cuaca yang tak mendukung karena musim kemarau basah. “Bisanya saat ini hanya menekan kerugian,” ungkap dia, Jumat (2/9/2016).
Upaya menekan kerugian tersebut, selain memanen juga mengolah sendiri tembakau mereka. Padahal untuk mengolah tembakau, mereka perlu mengeringkannya ke bawah. Proses pengeringan tentu saja membutuhkan biaya, selain untuk transportasi juga untuk tenaga.
Biasanya untuk pengeringan tembakau rajangan tersebut, menurut dia bisa mencapai Rp 1 juta hanya untuk pekerja borongan saja. Biasanya, tembakau rajangan basah tersebut diangkut dan dibawa ke tanah lapang di Boyolali bawah.
Hanya saja saat ini untuk mencari tanah lapang cukup sulit karena sudah banyak diserbu sesama petani tembakau. Sehingga mereka terpaksa berburu hingga jauh ke bawah, termasuk di wilayah Kecamatan Teras hingga Banyudono.
Untung saja lanjut Sugeng, dirinya terikat kerja sama dengan pabrikan rokok. Sehingga selain mendapat bantuan pupuk dan biaya tanam, dia tidak binggung untuk menjual hasil panenan. Tetapi meski demikian dirinya tetap saja merugi.
“Tahun ini saya pasti rugi, kalaupun untung maksimal hanya Rp 5 juta,” keluh Sugeng yang memiliki lahan tiga hektar tembakau itu.
(joglosemar)

Related Posts:

Para peternak sapi mengeluh dengan kenaikan harga sapi yang hanya 1.5 juta/ekor menjelang idul adha


Pedagang sapi di Boyolali mengeluh karena peningkatan harga sapi menjelang Idul Adha tahun ini tidak naik signifikan.
Jika pada tahun-tahun sebelumnya harga sapi bisa naik Rp1,5 juta hingga Rp2 juta per ekor, namun sepekan sebelum Idul Adha tahun ini harga sapi hanya bisa maksimal Rp1 juta per ekor.
Ketua Asosiasi Peternak Sapi Indonesia (Aspin) Boyolali, Suparno, menjelaskan dari sisi transaksi juga cenderung lebih sepi. “Mungkin karena faktor ekonomi global yang cenderung lesu. Harga sapi tidak naik signifikan transaksi juga hanya meningkat rata-rata 5%,” kata Suparno, saat berbincang dengan Solopos.com, Sabtu (3/9/2016).
Dia juga menyebut tidak banyak pedagang asal Jakarta yang mengambil sapi ke daerah-daerah. Pola transaksi juga lebih banyak datang langsung ke petani, kandang milik kelompok tani, atau langsung mendatangi sentra budidaya sapi seperti yang ad di Nogosari dan Andong. “Kalau tidak dapat barang bagus di tingkat petani, baru kemudian para pembeli ini berburu ke pasar,” ujar Suparno.
Pengurus Aspin Boyolali lainnya, Gunawan, menjelaskan peternak sapi yang tergabung dalam Aspin sedianya siap menyediakan sapi potong hingga ribuan ekor. Saat ini, jumlah anggota Aspin Boyolali tercatat sebanyak 800 orang. Dimana setiap peternak memelihara sapi potong 4- 6 ekor.
Namun, untuk pembelian sapi dari konsumen saat ini langsung ke masing-masing peternak. Setiap peternak rata- rata siap menjual sapi untuk kurban 2- 3 ekor dengan kisaran harga Rp 17 juta- Rp 20 juta/ ekor.
Bahkan, peternak di Aspin ada yang menyediakan sapi seberat 1 ton dengan harga hanya Rp 45 juta.
Di Pasar Hewan Sunggingan, harga harga sapi mengalami kenaikan rata-rata Rp1 juta/ekor.
Dengan kenaikan tersebut, saat ini rata-rata harga hewan sapi untuk kurban berkisar Rp17 juta hingga Rp20 juta/ekor. Sapi dengan harga tersebut paling banyak dicari pembeli untuk hewan kurban. Sapi dengan harga tersebut dinilai paling ideal untuk kurban termasuk untuk kalangan yang selama ini menggelar arisan sapi untuk kurban.
Sementara itu, jumlah pemotongan hewan kurban di Boyolali tahun ini diperkiraan bakal mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.
“Seiring tingkat kesejahteraan masyarakat, biasanya jumlah hewan kurban meningkat setiap tahunnya,” ujar Kabid Kesehatan Hewan dan Veteriner Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali, Bagyo Riyanto.
Tahun lalu, hewan kurban yang dipotong mencapai 8.000-an kambing dan 7.100-an sapi. Jumlah tersebut meningkat sekitar 400-an ekor dari tahun sebelumnya, yang mencapai 7.600 ekor kambing dan 6.700 ekor sapi.
“Tahun ini kami perkirakan juga meningkat dikisaran angka yang sama,” imbuh Bagyo.
Terkait tren menurunnya transaksi sapi, Bagyo juga mengakui kondisi ini apalagi kondisi tersebut begitu dirasakan pedagang di pasar hewan.
Saat ini, masyarakat maupun takmir masjid langsung membeli ke peternak. “Kalau beli di peternak, pembeli bisa sekaligus menitipkan hewan kurban itu sampai kemudian diambil pada hari H.”

Related Posts:

Pemkab boyolali akan sembelih 2 ekor sapi dan 10 ekos kambing pada perayaan Idul adha


BOYOLALI  ( Humas ) Pemkab Boyolali  akan menyembelih 2 ekor  sapi dan 10 ekor  kambing pada peringatan hari Raya Idul Adha 1437 Hijriyah.  Kepala Bagian Kesejahteraan  Rakyat / Kesra Setda Kabupaten Boyolali, Dadar Hawantoro melalui Kasubag Sosial dan  Keagamaan, Mugimin, Kamis 1 September  2016 di kantornya menjelaskan Dua ekor sapi akan disembelih di masjid  Ageng di Komplek Perkantoran Terpadu di Kemiri  Mojoosongo Boyolali, sedangkan   10 kambing akan disembelih disejumlah  masjid di kabupaten Boyolali.
Sedangkan  2 ekor sapi akan disembelih di Masjid Ageng Kabupaten pada hari  H pada tanggal 12 September 2016, sedangkan 10 kambing akan disembelih  di masjid  yang  mengajukan permohonan bantuan hewan kurban ke Bupati Cq Bagian Kesra  “ Tegas Mugimin.
Selanjutnya  daging sapi akan dibagikan kepada keluarga miskin di kalurahan sekitar masjid Ageng  seperti Kalurahan  Kemiri, Mojosongo dan kalurahan Siswodipuran. Pemberian daging kepada KK miskin,
Lanjut Mugimin sebagai bentuk kepedulian pemkab Boyolali kepada keluarga miskin sekitar masjid Ageng. Pihaknya meminta kepada masyarakat yang melakukan korban diwajibakan, hewan yang memenuhi sejumlah kriteria yaitu  : hewan harus sehat, tidak cacat, tidak sedang sakit  serta sudah memenuhi umur atau dalam bahasa jawanya hewan  harus sudah poel.
Sementara tempat penyelenggaraan sholat  Hari Raya Idul Adha 1437 Hijriyah tingkat Kabupaten Boyolai dipusatkan di masjid Ageng  Komplek Perkantoran terpadu. Betindak sebagai Imam   Drs Junaedi Mpd dan Khotib  Drs H Asikin Mag, untuk pihaknya berharap masyarakat yang berdomisili  di sekitar Masjid Ageng  untuk menjalankan sholat di Masjid Ageng  pada pukul 06.30 WIB. Dengan peringatan Hari raya idul Adha diharapkan dapat meningkatkan keimanan sekaligus memupuk rasa kepedulian dan rasa kesetiakawanan  sosial.

Related Posts:

Balitbang Kenalkan Pestisida Nabati


Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi (Balitbangtan) Kementerian Pertanian kembali menawarkan teknologi baru pada demplot area (dem area) sawah yang akan dimanfaatkan untuk peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS).
Teknologi pestisida yang diperkenalkan adalah pestisida nabati. Pestisida ini dinilai aman bagi lingkungan dan manusia. Penyemprotan massal di dem area tanam serentak untuk peringatan HPS sudah dilakukan Jumat (26/8/2016) kemarin di Desa Tanjungsari, Kecamatan Banyudono.
Kepala Balai Penelitan Tanah Balitbangtan Kementan, Wiratno, menyampaikan pestisida nabati berbahan dasar tanaman atau tumbuhan organik lainya yang berkhasiat mengendalikan serangan hama pada tanaman.
Pestisida ini tidak meninggalkan residu yang berbahaya pada tanaman maupun lingkungan serta dapat dibuat dengan mudah menggunakan bahan yang murah dan peralatan yang sederhana.
“Pestisida bisa untuk mencegah. Jadi ada atau tidak ada hama dan organisme pengganggu tanaman [OPT], pestisida ini tetap aman bagi tanaman dan tanah,” kata Wiratno, di sela-sela penyemprotan di Tanjungsari, kemarin.
Pestisida nabati memiliki daya kerja dan penetrasi kuat karena terbuat dari tumbuhan alami serta ekstrak berbagai tanaman herbal yang diproses dengan bioteknologi. Di dalamnya juga terkandung insektisida, pestisida, zat pengatur tumbuh serta beberapa kebutuhan tanaman lainnya. “Jadi cukup efektif mengendalikan OPT yang menyerang tanaman pangan, hortikultura, maupun tanaman perkebunan.”
Pestisida nabati diharapkan bisa memberikan keuntungan bagi petani. Menurut Wiratno, penggunaan pestisida sintetis atau kimia hanya memberikan keuntungan ekonomis namun residu yang ditinggalkan cukup berbahaya. Penggunaan pestisida kimia secara terus menerus menimbulkan dampak resistensi tanaman terhadap berbagai jenis hama.
Penanggung jawab program tanam serentak di Trayu dan Tanjungsari dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jateng, Budi Hartoyo, menyampaikan sudah banyak petani di wilayah Trayu dan Tanjungsari yang juga ingin mencoba pestisida nabati. Sayangnya, untuk saat ini, Balitbang baru bisa memberikan pestisida nabati untuk sawah seluas 30 hektare yang menjadi dem area proyek HPS.
Seperti diketahui, dem area untuk peringatan HPS dilaksanakan di Trayu dan Tanjungsari dengan total luas sawah 100 hektare.
Penyemprotan pestisida nabati pada dem area itu akan dilakukan dua kali. “Cukup dua kali, saat padi berumur 2-3 pekan dan menjelang keluarnya bulir padi dari batang,” ujar Budi.
Budi mengatakan penyemprotan pestisida juga diupayakan dilakukan secara massal agar pengendalian OPT bisa lebih efektif. “Artinya tidak ada kesempatan bagi OPT untuk berpindah-pindah,” ujar Budi.
solopos.com

Related Posts: