Jauh dari “mercusuar” yang dibangun Pemerintah Kabupaten Boyolali di
bagian selatan yang menelan dana miliaran rupiah, ada wajah memilukan di
Boyolali utara. Di Desa Repaking, Wonosegoro, seorang anak-anak,
termasuk balita, hidup dalam kemiskinan dan tak terurus setelah
ditinggal orang tua mereka yang meninggal dunia atau kabur entah ke
mana.
Di atas dipan kayu beralas matras, anak balita itu tidur terlelap.
Wajahnya bulat polos. Tak ada yang menemaninya tidur selain bantal
guling, kain jarit, dan botol kempongan kosong. Tak berselang lama, saat
rombongan tamu dari tim Peduli Anak Yatim Boyolali (PAYB) datang,
balita itu terbangun.
“Anak ini namanya Muhammad Alhafizi. Sehari-hari ia diasuh neneknya,”
ujar Jack Juventini, koordintor rombongan PAYB saat melakukan survei
bersama Solopos.com di Desa Repaking, Wonosegoro, Boyolali, akhir pekan lalu.
Usia Hafizi belum genap dua tahun, namun sudah ditinggal mati ayahnya
yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga. Untuk memutar ekonomi
keluarga, ibu Hafizi terpaksa merantau ke Jakarta sebagai pembantu
rumah tangga (PRT). Kondisi inilah yang membuat balita itu terpaksa
diasuh neneknya yang hidup pas-pasan di RT 005/ RW 003 Desa Repaking,
Wonosegoro.
Nasib tak kalah berbeda juga dialami Putri Novitasari, 10. Siswi
kelas VI SD itu sehari-hari hidup dalam kemiskinan bersama
kakek-neneknya di rumah terbuat dari kayu RT 004/ RW 002 Desa Repaking,
Wonosegoro. Ayah Putri meninggal karena sakit. Tulang punggung keluarga
digantikan ibunya yang kini menjadi PRT di Ibu Kota Jakarta.
Ada lagi nasib anak Desa Repaking yang lebih pilu dari itu semua.
Dialah Dewi Yuli, bocah berusia delapan tahun yang tak memiliki ayah dan
ibu. Sehari-hari, Dewi dititipkan neneknya yang tinggal di sepetak
rumah gedek beralas tanah di RT 007/ RW 003 Desa Repaking. Karena
kemiskinan pula, nenek Dewi akhirnya merantau ke Jakarta menjadi
pembantu. “Sekarang Dewi dititipkan ke saya.
Simbahnya ke Jakarta
sebagai pembantu,” ujar Fathonah, tetangga Dewi yang iba melihat bocah
malang itu.
Alhafizi, Putri Novoitasari, dan Dewi Yuli, adalah potret buram
anak-anak Desa Repaking, Wonosegoro. Mereka tak hanya miskin kasih
sayang dari ayah ibunya, namun juga miskin secara ekonomi. Tim PAYB
mencatat, sedikitnya ada 30-an anak-anak yatim di Desa Repaking yang
hidup memprihatinkan.
Sumber : solopos
0 Response to "Sisi gelap di balik hingar bingar mega proyek tirliunan rupiah kota boyolali"
Posting Komentar